Search

Kerajaan Bedahulu(Bali) serta Awal mula dari wangsa Brahmana di BALI


Beranda Jumat, 14 Oktober 2011
Sebelum membaca ingat di bali(hindu) tidak mengenal yang namanya KASTA(perspsi yang salah)

Jangan menyamakan wangsa dengan kasta, dalam agama hindu/bali hanya mengenal WARNA lebih jelasnya keluarga atau istilah keren'nya CLAN, hehe.... kebanyakan nonton anime...

(selamat membaca)

*Kerajaan Bedahulu* (Bali)

Kerajaan Bedahulu atau Bedulu adalah kerajaan kuno di pulau Bali pada abad ke-8 sampai abad ke-14, yang memiliki pusat kerajaan di sekitar Pejeng atau Bedulu, Kabupaten Gianyar, Bali. Diperkirakan kerajaan ini diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Warmadewa masih ada hubungan dengan Prabu Erlangga. Penguasa terakhir kerajaan Bedulu (Dalem Bedahulu) menentang ekspansi Kerajaan Majapahit pada tahun 1343 yang dipimpin oleh Gajah Mada, sehingga akhirnya pecah perang yang berakhir dengan kekalahan Bedahulu. Perlawanan Bedahulu kemudian benar-benar padam setelah pemberontakan keturunan terakhirnya (Dalem Makambika) berhasil dikalahkan tahun 1347.

Setelah itu Gajah Mada menempatkan seorang keturunan brahmana dari Jawa bernama Sri Kresna Kepakisan sebagai raja (Dalem) di pulau Bali. Keturunan Dinasti Kepakisan inilah yang di kemudian hari menjadi raja-raja di beberapa kerajaan kecil di Pulau Bali.

Raja-raja Bedahulu

1. Sri Kesari Warmadewa - (882-913)

2. Sri Ugrasena - (915-939)

3. Agni

4. Tabanendra Warmadewa

5. Candrabhaya Singa Warmadewa - (960-975)

6. Janasadhu Warmadewa

7. Sri Wijayamahadewi

8. Dharmodayana Warmadewa (Udayana) - (988-1011)

9. Gunapriya Dharmapatni (bersama Udayana) - (989-1001)

10. Sri Ajnadewi

11. Sri Marakata - (1022-1025)

12. Anak Wungsu - (1049-1077)

13. Dalem Madura

14. Sri Maharaja Sri Walaprabu - (1079-1088)

15. Sri Maharaja Sri Sakalendukirana - (1088-1098)

16. Sri Suradhipa - (1115-1119)

17. Sri Jayasakti - (1133-1150)

18. Ragajaya

19. Sri Maharaja Aji Jayapangus - (1178-1181)

20. Arjayadengjayaketana

21. Aji Ekajayalancana

22. Bhatara Guru Sri Adikuntiketana

23. Parameswara

24. Adidewalancana

25. Mahaguru Dharmottungga Warmadewa

26. Walajayakertaningrat (Sri Masula Masuli atau Dalem Buncing?)

27. Sri Astasura Ratna Bumi Banten (Dalem Bedahulu) - (1332-1343)

28. Dalem Tokawa (1343-1345)

29. Dalem Makambika (1345-1347) Setelah pemerintahan raja Sri Mahaguru tahun 1324-1328 M. Maka pemerintahan dipegang oleh Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang disebut dalam prasasti Patapan Langgahan tahunv1337 M. Selain itu ada pula sebuah patung yang disimpan di Pura Tegeh Koripan termasuk Desa Kintamani. Pada bagian belakang patung itu ada tulisan yang sangat rusak keadaannya. Baginda mengangkat seorang mangkubumi yang gagah perkasa bernama Ki Pasunggrigis, yang tinggal di desa Tengkulak dekat istana Bedahulu di mana raja Astasura bersemayam. Sebagai pembantunya diangkat Ki Kebo Iwa alias Kebo Taruna yang tinggal di Desa Belahbatuh. Para menterinya di sebutkan sebagai berikut : · Krian Girikmana tinggal di Desa Loring Giri (Buleleng)· Krian Tambiak tinggal di Desa Jimbaran· Krian Tunjung Tutur tinggal di desa Tenganan.· Krian Buahan tinggal di desa Batur· Krian Tunjung Biru di desa Gianyar· Krian Kopang tinggal di desa Seraya · Krian Walungsari tinggal di desa Taro.

Pasung Grigis Mahapatih Bedahulu

Pasung Grigis adalah mahapatih andalan kerajaan Bali pada masa pemerintahan Sri Astha Sura Ratna Bumi Banten pada abad ke-14. Ahli strategi militer yang bertempat tinggal di desa Tengkulak ini adalah mentor dari mahapatih Kebo Iwa.

Setelah kematian Kebo Iwa akibat tipu muslihat mahapatih Gajah Mada, Pasung Grigis memimipin perlawanan kerajaan Bali melawan ekspedisi militer Majapahit pada tahun 1343. Dalam perang yang berlangung sengit itu, panglima berpusaka keris Ki Padang Lembu ini kemudian tertawan dan akibatnya perlawanan rakyat Bali kemudian melemah dan akhirnya berakhir untuk sementara.

Pasung Grigis kemudian memutuskan untuk ikut bergabung dalam pemerintahan kerajaan vasal Bali bentukan Majapahit. Sebagai tanda kesetiaan ia diperintahkan memimpin pasukan Majapahit untuk memadamkan pemberontakan kerajaan Sumbawa yang dipimpin Raja Dedela Nata. Sumbawa berhasil ditaklukkan namun baik Pasung Grigis maupun Dedela Nata gugur, mati sampyuh, dalam sebuah duel. Kebo Iwa patih Kerajaan Bedahulu Kebo Iwa adalah salah seorang panglima militer Bali pada masa pemerintahan Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad ke-14. Nama lain dari Kebo Iwa adalah Kebo Wandira atau Kebo Taruna yang bermakna kerbau yang perjaka. Pada masa itu nama-nama binatang tertentu seperti kebo (kerbau), gajah, mahisa (banteng), banyak (angsa) lazim dipakai sebagai titel kehormatan khususnya di Bali ataupun Jawa. Panglima muda yang bertempat tinggal di desa Blahbatuh dan anak dari Panglima Rakyan Buncing ini sering digambarkan sebagai pemuda bertubuh tinggi besar yang mengusai seni perang selain ilmu arsitektur. Undagi (arsitek tradisonal Bali) ini membangun berbagai tempat ibadah di Bali dan tak segan-segan mengangkut sendiri batu-batu besar dengan kekuatan fisiknya. Mahapatih Majapahit, Gajah Mada, memandang Kebo Iwa dan Pasung Grigis, panglima Bali yang lebih senior dan ahli strategi militer, sebagai batu sandungan politik ekspansionisnya. Jalan yang ditempuh dengan tipu muslihat yaitu raja putri Tribhuwana Tunggadewi mengutus Gajah Mada ke Bali dengan membawa surat yang isinya seakan-akan raja putri menginginkan persahabatan dengan raja Bedahulu dan mengundang Kebo Iwa untuk datang ke Majapahit untuk dinikahkan dengan seorang putri dari Lemah Tulis sebagai tanda persahabatan antar kedua negara. Ketika Kebo Iwa tengah menggali sumur besar atas permintaan calon istrinya, pasukan Majapahit melemparinya dan menimbun sumur dengan batu. Di sinilah Kebo Iwa sadar bahwa kehadirannya di Majapahit memang untuk dibunuh. Di hadapan Gajah Mada ia berkata bahwa ia rela mati bukan karena kalah melawan Gajah Mada melainkan demi persatuan Nusantara. Gugurnya Kebo Iwa mempermudah ekspedisi penaklukan Bali yang dipimpin Adityawarman, panglima berdarah Singhasari-Dharmasraya, pada tahun 1343. Setelah mengetahui Kebo Iwa telah tewas terbunuh maka Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten memerintahkan Amangkubhumi Pasanggrigis menggantikan Kebo Iwa mengorganisir pasukannya untuk menghadapi serbuan tentara Majapahit Dalam rapat tersebut seluruh hadirin sepakat mempertahankan Bali dan tidak mau tunduk kepada Majapahit. Gajah Mada kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyerang Bali. Ekspedisi Gajah Mada ke Bali pada tahun 1334 dengan Candrasangkala Caka isu rasaksi nabhi (anak panah, rasa, mata pusat). Pasukan Majapahit dipimpin oleh Gajah Mada sendiri bersama panglima Arya Damar dibantu oleh beberapa Arya. Setelah sampai di pantai Banyuwangi, tentara Majapahit berhenti sebentar untuk mengatur siasat peperangan.

Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan kerajaan Bedahulu. Setelah Pasung Grigis menyerah terjadi kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Aga.

*Silsilah Sri Kresna Kepakisan*

Tersebutlah Di Jawa ada pendeta maha sakti bernama Danghyang Bajrasatwa. Mempunyai 1 orang putra bernama Danghyang Tanuhun atau Mpu Lampita, beliau adalah pendeta Budha, memiliki kepandaian luar biasa serta bijaksana dan mahasakti seperti ayahnya Danghyang Bajrasatwa. Ida Danghyang Tanuhun berputra lima orang, dikenal dengan sebutan Panca Tirtha. Beliau Sang Panca Tirtha sangat terkenal keutamaan beliau semuanya.

1. Mpu Gnijaya. Beliau membuat pasraman di Gunung Lempuyang Madya, Bali Timur, datang di Bali pada tahun Isaka 971 atau tahun Masehi 1049. Beliaulah yang menurunkan Sang Sapta Resi - tujuh pendeta yang kemudian menurunkan keluarga besar Pasek di Bali

2. Mpu Semeru, membangun pasraman di Besakih, turun ke Bali tahun Isaka 921, tahun Masehi 999. Beliau mengangkat putra yakni Mpu Kamareka atau Mpu Dryakah yang kemudian menurunkan keluarga Pasek Kayuselem.

3. Mpu Ghana, membangun pasraman di Dasar Gelgel Klungkung, datang di Bali pada tahun Isaka 922 atau tahun Masehi 1000.

4. Ida Empu Kuturan atau Mpu Rajakretha, datang di Bali tahun Isaka 923 atau tahun Masehi 1001, membangun pasraman di Silayukti, Teluk Padang atau Padangbai, Karangasem.

5. Ida Mpu Bharadah atau Mpu Pradah, menjadi pendeta kerajaan Prabu Airlangga di Kediri, Daha, Jawa Timur, berdiam di Lemah Tulis, Pajarakan, sekitar tahun Masehi 1000.

Mpu Kuturan demikian tersohornya di kawasan Bali, dikenal sebagai Pendeta pendamping Maharaja Sri Dharma Udayana Warmadewa, serta dikenal sebagai perancang pertemuan tiga sekte agama Hindu di Bali, yang disatukan di Samuan Tiga , Gianyar. Beliau pula yang merancang keberadaan desa pakraman - desa adat serta Kahyangan Tiga - tiga pura desa di Bali, yang sampai kini diwarisi masyarakat. Demikian banyaknya pura sebagai sthana Bhatara dibangun di Bali semasa beliau menjabat pendeta negara, termasuk Sad Kahyangan serta Kahyangan Jagat dan Dhang Kahyangan di kawasan Bali ini. Nama beliau tercantum di dalam berbagai prasasti dan lontar yang memuat tentang pura, upacara dan upakara atau sesajen serta Asta Kosala - kosali yang memuat tata cara membangun bangunan di Bali. Tercantum dalam lempengan prasasti seperti ini

"Ida sane ngawentenang pawarah - warah silakramaning bwana rwa nista madhya utama. lwirnya ngawangun kahyangan, mahayu palinggih Bhatara - Bhatari ring Bali lwirnya Puseh desa Walyagung Ulunswi Dalem sopana hana tata krama maring Bali, ayun sapara Bhatara lumingga maring Sad Kahyangan, neher sira umike sila krama" yang artinya: Beliau Mpu Kuturan yang mengadakan aturan tentang tatacara di dunia ini yang berhubungan dengan mikro dan makrokosmos dalam tingkat nista madya utama (sederhana, menengah dan utama), seperti membangun pura kahyangan, menyelenggarakan upacara sthana Bhatara-bhatari di Bali. Seperti Pura Puseh Desa, Baleagung, Ulunswi, Dalem, dan karena ada tata cara di Bali seperti itu berkenanlah para Bhatara bersthana di Sad Kahyangan, karena beliau yang mengadakan tata aturan tersebut.

Adiknya bernama Danghyang Mpu Bharadah mempunyai putra Iaki-laki dan keutamaan yoga beliau bernama Mpu Bahula. Bahula berarti utama. Kepandaian dan kesaktian beliau di dunia sama dengan ayahandanya Mpu Bharadah. Beliau memperistri putri dari Rangdeng Jirah - janda di Jirah atau Girah yang bernama Ni Dyah Ratna Manggali. Kisah ini terkenal dalam ceritera Calonarang. Empu Bahula berputra Iaki bernama Mpu Tantular, yang sangat pandai di dalam berbagai ilmu filsafat. Tidak ada menyamai dalam soal kependetaan, sama keutamaannya dengan Mpu Bahula, ayahandanya. Mpu Tantular adalah yang dikenal sebagai penyusun Kakawin Sutasoma di mana di dalamnya tercantum "Bhinneka Tunggal lka" yang menjadi semboyan negara Indonesia. Beliau juga bergelar Danghyang Angsokanata. Keberadaan beliau di Bali diperkirakan sejaman dengan pemerintahan raja Bali, Sri Haji Wungsu pada tahun Masehi 1049.

Ida Mpu Tantular atau Danghyang Angsokanata, berputra empat orang semuanya Iaki-laki.

1. Mpu Danghyang Panawasikan

2. Mpu Bekung atau Danghyang Siddhimantra

3. Mpu Danghyang Smaranatha

4. Mpu Danghyang Soma Kapakisan.

Danghyang Soma Kapakisan, yang menjadi guru dari Mahapatih Gajahmada di Majapahit Ida Danghyang Panawasikan memiliki putri seorang, demikian cantiknya, diperistri oleh Danghyang Nirartha.

Ida Danghyang Smaranatha, memiliki dua orang putra,

1. Danghyang Angsoka, berdiam di Jawa melaksanakan paham Budha Danghyang Angsoka berputra Danghyang Astapaka, yang membangun pasraman di Taman Sari, yang kemudian menurunkan Brahmana Budha di Pulau Bali.

2. Danghyang Nirartha, atau Danghyang Dwijendra, Peranda Sakti Wawu Rawuh dan dikenal juga dengan sebutan Tuan Semeru. Beliau melaksanakan paham Siwa, serta menurunkan keluarga besar Brahmana Siwa di Bali yakni, Ida Kemenuh, Ida Manuaba, Ida Keniten, Ida Mas serta Ida Patapan.
brahmanahindu.blogspot.com

0 komentar untuk Kerajaan Bedahulu(Bali) serta Awal mula dari wangsa Brahmana di BALI

Posting Komentar

Obrolan(Chat Zone)

Total Pageviews

 
powered by Blogger | Design by ADMIN all rights reserved